Melatih Beo Paruh Bengkok
Sebagai salah satu jenis burung terpintar, parrot (burung paruh bengkok), terbilang mudah untuk dilatih pelbagai gerakan. Begitulah
pendapat Tocha, salah seorang hobiis sekaligus pelatih burung paruh
bengkok di Parrotdigma (sekolah khusus burung paruh bengkok) yang
berlokasi di Kemang, Jakarta Selatan. Bagi Tocha, melatih burung paruh
bengkok ibarat merawat seorang anak. Bayangkan saja, setiap pagi dan
sore hari, dirinya harus mengajak burung paruh bengkoknya bermain dan
berlatih di area sekolah yang sudah berdiri sejak Agustus 2011.
Hal di atas ia lakukan agar burung merasa nyaman. Sebab menempatkan
paruh bengkok secara terus menerus di dalam kandang dapat membuatnya
stres. “Kalau burung berada d ikandang terus, sama saja seperti halnya
manusia yang dipenjara. Pastilah rasa jenuh dan stres akan datang
menghampiri,” papar Tocha.
Terbuka Tertutup
Dalam proses pelatihan, Tocha turut dibantu oleh kedua orang sahabatnya, Agil dan Imron. “Saya bergerak dalam bidang pelatihan trick and behaviours, Agil mengurusi bagian pola pakan dan pemberiannya. Sedangkan Imron memiliki tugas mengajarkan free flight,”
jelas Tocha. Untuk burung paruh bengkok berpostur besar, Tocha biasa
melakukan pelatihan ditempat terbuka. Sementara untuk burung kecil
seperti parkit dan love bird, pelatihan ia lakukan di ruangan tertutup
agar terhindar dari serangan predator.
Selain ruangan, usia pun menjadi faktor penentu. Burung bertubuh kecil
mulai dilatih saat usianya menginjak 2 bulan. Sedangkan jenis paruh
bengkok berbadan besar, diberikan pelatihan saat umurnya mencapai 8
bulan. Patokan usia ini berdasarkan masa remaja yang dicapai oleh kedua
golongan tersebut.
Lalu pelatihan pertama yang Tocha ajarkan adalah diet training. “Oleh para hobiis paruh bengkok, diet training seringkali disalahartikan dengan puasa. Padahal diet training
yang dimaksud adalah pola pakan. Sama saja seperti halnya manusia yang
tengah melakukan diet. Mereka tidak melakukan puasa bukan,?” papar
Tocha. Diet training yang dilakukan oleh Tocha adalah dengan
menambahkan asupan makanan. Jika biasanya paruh bengkok hanya diberikan
jagung, kini mereka diberikan tambahan nutrisi berupa kuaci,
kacang-kacangan, serta makanan penambah gizi lainnya.
Setelah diet training selesai dilakukan, tahap berikutnya
adalah mencari makanan favoritnya. Caranya dengan menjejerkan aneka
jenis makanan yang biasa dimakan oleh paruh bengkok. Tiap jenis makanan
berjumlah 10 butir. Setelah disediakan, aneka makanan tersebut kemudian
diletakkan dihadapan si paruh bengkok.
Makanan yang dipilih oleh si paruh bengkok untuk pertama kalinya,
merupakan makanan favoritnya. “Setelah mengetahui makanan yang ia sukai,
makanan itu kita berikan pada waktu latihan saja,”papar Tocha. Jika ia
melakukan trik yang diperintahkan, barulah makanan tersebut diberikan
kepadanya. Tambahan informasi, Tocha pun melakukan hand feeding secara perlahan. Yaitu, menyodorkan makanan favorit dari si paruh bengkok ke arah mulutnya dengan menggunakan tangan.
Bahasa Tubuh
Perlu Anda ketahui, menurut Tocha, paruh bengkok tidak dapat mengerti
bahasa manusia. Sehingga ketika melatih, bahasa yang harus digunakan
adalah bahasa tubuh. “Cara pelatihan yang paling mudah menurut saya
adalah melihat gerak-gerik mereka. Seperti contoh, ketika mereka
mengangkat kakinya, atau menganggukkan kepala, berikanlah mereka sebuah reward
(makanan) disertai dengan sebuah tanda dari bahasa tubuh kita,” ujar
Tocha. Jika cara ini dilakukan secara terus menerus, mereka pun akan
sadar, jika melakukan gerakan itu, makanan akan segera datang.
Sementara untuk pelatihan free flight, diperlukan adanya
kepercayaan dan “keterikatan batin” antara pelatih dan burung. Cirinya?
Si burung bisa menunjukkan rasa nyaman serta percaya kepada si pelatih.
Bila sudah seperti itu, sewaktu diterbangkan, ia akan kembali kepada
pelatih. “Ketika sudah timbul rasa kepercayaan antara si burung dengan
pemilik, barulah proses pelatihan free flight dapat dilakukan,”kata Tocha.
Atas dasar ini, pelatihan tak hanya sekadar menjinakan dan membuat
burung mentaati perintah si pemilik, tetapi Tocha pun menyarankan agar
si pemilik bisa lebih mendekatkan diri kepada burung peliharaannya.
Sehinga mereka mengenal antara satu dengan yang lainnya. Pamungkas, agar
semua trik yang telah diajarkan tak lupa, setiap hari burung paruh
bengkok yang telah dilatih tetap harus diajak bermain. “Tak perlu lama.
Cukup 15-20 menit saja sehari,” papar Tocha.
Keluarga Pintar
Kepintaran serta kecerdasan burung yang terkenal dengan sebutan psittacines
ini, seringkali dimanfaatkan oleh para pengelola kebun binatang di
dunia untuk melakukan berbagai macam atraksi. Mulai dari menghitung,
memasukan bola ke dalam keranjang, berbicara, hingga gowes sepeda.
Sementara dari kacamata hobiis, hampir seluruh jenis keluarga paruh bengkok digemari. Seperti jenis keluarga psittacidae,
yaitu blue and yellow macaw, scarlett macaw, african grey parrot, love
bird dan budgerigar (parkit). Serta paruh bengkok yang termasuk ke dalam
keluarga cacatuidae (kakatua). Seperti kakatua tanimbar, kakatua jambul kuning, dan kakatua raja.
Unsur Edukasi
Beberapa kali Tocha dan kawan-kawan memperlihatkan kepiawaiannya dalam
melatih burung paruh bengkok di hadapan anak-anak. Ia berharap, seusai
menonton pertunjukan, anak-anak menjadi lebih peduli dan tumbuh rasa
kasih sayang terhadap hewan. “Saya mengajarkan mereka untuk selalu
memperlakukan hewan secara baik. Karena jika kita memperlakukan hewan
tersebut secara lembut dan tidak menjadikan mereka sebagai ancaman, maka
hewan tersebut akan melakukan hal yang serupa terhadap kita,” jelas
Tocha.